RSS

Anggur dan polifenol yang dikandungnya



Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Hutan tropis Indonesia terdapat tumbuh-tumbuhan yang peranannya diera teknologi ini tidak kalah pentingnya dengan sumber daya alam lainnya seperti gas, batu bara, mineral, dan lain-lain. Bahan-bahan hayati telah digunakan manusia untuk memenuhi berbagai keperluan hidup. Dari segi kimia, sumber daya alam hayati ini merupakan sumber-sumber senyawa kimia yang tak terbatas jenis maupun jumlahnya.
Dalam pengobatan secara tradisional, sebagian besar berasal dari bahan-bahan alami berupa bagian dari tumbuhan seperti akar (rimpang), daun, buah, bunga, biji, kulit batang dan kulit buah. Agar pengobatan secara tradisional dapat dipertanggung jawabkan maka diperlukan penelitian ilmiah seperti penelitian dibidang farmakologi, toksikologi, identifikasi dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat pada tumbuhan.
Buah anggur selain untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin, ternyata kulitnya bisa kita manfaatkan untuk pengobatan penyakit. Pada kulit anggur terkandung polifenol yang berfungsi untuk antioksidan, mengurangi resiko jantung dan kanker.
 
Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam atau menyusun golongan tanin. Tanin adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul 500-3000. Tanin dibagi menjadi duakelompok atas dasar tipe struktur dan aktivitasnya terhadap senyawa hidrolitik terutama asam, tanin terkondensasi (condensed tannin) dan tanin yang dapat dihidrolisis (hyrolyzable tannin).
 
Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Dengan demikian, ekstraksi menggunakan berbagai pelarut akan menghasilkan komponen polifenol yang berbeda pula. Sifat antibakteri yang dimiliki oleh setiap senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tersebut juga berbeda. Kebutuhan akan penemuan senyawa-senyawa yang berkhasiat antiradikal semakin meningkat, yakni seiring dengan kebutuhan untuk mengatasi reaksi-reaksi di alam yang terinisasi oleh radikal dalam mekanisme reaksi tersebut. Riset tentang pengembangan senyawa berkhasiat antiradikal telah banyak dikembangkan baik terhadap bahan dari senyawa alam maupun senyawa sintetis. Seringkali senyawa antiradical juga berisfat sebagai antioksidan. Senyawa antioksidan ditambahkan ke dalam suatu bahan untuk menghambat reaksi oksidasi dengan udara [1]. Antioksidan hanya berfungsi sebagai penghambat reaksi oksidasi dan tidak dapat menghentikan sama sekali proses autooksidasi pada lemak sehingga pada akhir proses ketengikan akan selalu terjadi. Beberapa senyawa antiradikal dan antioksidan yang sering digunakan saat ini adalah senyawa turunan fenol dan amina. Antiradikal golongan fenol sebagian besar terdiri dari antiradikal alam dan sejumlah antiradikal sintesis. Contoh antioksidan dan antiradikal fenol sintetik yang biasa digunakan adalah BHA dan BHT. Kedua bahan tersebut merupakan senyawa fenol tersubtitusi pada posisi para dan kedua posisi ortho-nya. Dari penelitianpenelitiansebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan struktur antioksidan berpengaruh terhadap daya antioksidan senyawa. BHT dengan subtituen t-butil pada dua posisi ortho dan para-nya menyumbang aktivitas antio ksidan lebih kuat dibanding dengan BHA [2]. Senyawa fenol tersubstitusi telah banyak digunakan sebagai antiradikal dan antioksidan [3]. Kerja antiradikal dalam reaksi oksidasi adalah menghambat terbentuknya radikal bebas pada tahap inisiasi atau menghambat kelanjutan reaksi berantai pada tahap propagasi dari reaksiautooksidasi. Antiradikal yang baik adalah senyawa yang mampu membuat radikal fenol dari antiradikal menjadi lebih stabil. Senyawa turunan fenol tersubtitusi ini banyak terdapat pada berbagai tumbuhan tropis berupa senyawa turunan polifenol. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar