ZAT TAMBAHAN MAKANAN
PEWARNA MAKANAN TARTRAZINE
emmm...kali ini aku pengen share 'bout tambahan makanan yang marak diberita-berita soal pewarna makanan yang digunakan pada jajanan anak-anak. di sekolahan SD banyak penjual makanan yang menyalahgunakan pewarna pakean untuk pewarna makanan. hal ini tentu meresahkan dan sangat merugikan kesehatan anak-anak.
Perlu diperhatikan bahwa pada saat ini banyak pengusaha nakal yang menggunakan zat-zat pewarna berbahaya yaitu zat pewarna bukan untuk makanan (non food grade). Misalnya, pemakaian zat pewarna tekstil atau kulit. Selain itu, terjadi juga penggunaan bahan pewarna buatan dengan dosis tidak tepat. Hal-hal tersebutlah yang dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Hal ini terbukti dengan ditemukannya kurang lebih 26 jenis makanan yang mengandung bahan pewarna kimia berbahaya telah lama beredar di pasaran Pemalang (Nirmala Post, Kamis, 06 Agustus 2009). Makanan tersebut rata-rata berupa kerupuk maupun kue-kue kering yang tidak diketahui produsennya dan diproduksi tanpa ijin. Dalam beberapa pekan terakhir keberadaan produk makanan instant yang murah meriah tersebut diburu oleh petugas PKPL Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pemalang untuk diteliti kebenaran adanya kandungan bahan kimia berbahaya. Melalui penelitian di laboratorium kesehatan Dinkes Provinsi Jateng, akhirnya ditemukan 26 jenis makanan positif mengandung Rhodamin B dan Tartrazine, zat kimia pewarna yang biasa digunakan untuk warna tekstil.
Produsen memang tidak tahu bahwa bahan tambahan makanan yang digunakan berbahaya bagi kesehatan. Biasanya dilakukan oleh produsen skala lemah, misalnya mungkin pembuat arum manis, yang menggunakan pewarna sintetis Rhodamin B, dan pembuat tahu kuning, mie kuning basah yang menggunakan pewarna Tartrazine. Biasanya bahan tambahan makanan disalahgunakan dengan sengaja oleh produsen untuk secara tidak langsung mengelabuhi konsumen. Ada dua kepentingan dalam penggunaan bahan tambahan makanan oleh produsen, pertama secara teknis yaitu untuk mengamankan rantai produksi makanan hingga konsumen. Kedua, secara ekonomis yaitu agar keuntungan lebih besar atau harga dapat ditekan, alasannya agar terjangkau dan dapat diterima oleh masyarakat bawah. Dari sudut kepentingan tersebut, ternyata faktor ekonomi lebih dominan sebagai pilihan produsen. Sungguh sebuah ironi yang besar, dimana kepentingan masyarakat bawah yang hilang karena tingkat ekonominya lemah terpaksa menerima jenis-jenis bahan makanan lain yang mempunyai kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan (kanker), yang seringkali tanpa adanya ketersediaan informasi yang memadai.
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki penampakan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan.
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki penampakan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan.
Secara garis besar pewarna makanan dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik. Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Pewarna buatan (sintetis) untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Salah satu contoh pewarna sintesis adalah Tartrazin.
Tartrazin (dikenal juga sebagai E102 atau FD&C Yellow 5) adalah pewarna kuning lemon sintetis yang umum digunakan sebagai pewarna makanan. Tartrazin merupakan turunan dari coal tar, yang merupakan campuran dari senyawa fenol, hidrokarbon polisiklik, dan heterosklik. Karena kelarutannya dalam air, tartrazin umum digunakan sebagai bahan pewarna minuman. Absorbansi maksimal senyawa ini dalam air jatuh pada panjang gelombang 427±2 nm.
Tartrazin banyak ditemukan dalam bahan makanan berikut: soft drink, puding instan, campuran kue, saus, es krim, es loli, permen, permen karet, jelly, makanan ringan berwarna oranye ( cheezies, Doritos, dll), mentega/margarin, keju berwarna oranye, selai jeruk, yogurt, mie, keripik, tim tams, dan banyak lagi makanan digunakan bersama-sama dengan gliserin, lemon dan produk madu. Tartrazine ini juga ditemukan dalam sabun, produk rambut, pelembab, krayon, stempel pewarna, vitamin, antasida, pil KB, aspirin, pasta, kosmetik dan obat resep tertentu.
Tartrazin dapat menyebabkan sejumlah reaksi alergi dan intoleransi bagi orang-orang yang intoleransi terhadap aspirin atau penderita asma. Kasus ini cukup langka dan menurut FDA, prevalensi intoleransi tartrazin di Amerika Serikat jatuh pada angka 0,12% (360 ribu dari 200 juta penduduk). Beberapa referensi lain menyebutkan bahwa penggunaan tartrazin dapat menyebabkan biduran (urtikaria) dengan prevalensi di bawah 0,01% atau 1 dari 10.000 penderita. Jumlah ini cukup kecil bila dibandingkan dengan angka prevalensi penderita alergi terhadap udang, yaitu sebesar 0,6 - 2,8% (1 dari 50 orang).
Gejala alergi tartrazine dapat timbul apabila senyawa ini terhirup (inhalasi) atau ditelan (ingesti). Reaksi alergi yang timbul berupa sesak nafas, pusing, migrain, depresi, pandangan kabur, dan sulit tidur. Tartrazine juga dikenal sebagai katalis pada hiperaktivitas / ADD, masalah perilaku lain, asma, migranes, dan kanker tiroid.
Gejala alergi tartrazine dapat timbul apabila senyawa ini terhirup (inhalasi) atau ditelan (ingesti). Reaksi alergi yang timbul berupa sesak nafas, pusing, migrain, depresi, pandangan kabur, dan sulit tidur. Tartrazine juga dikenal sebagai katalis pada hiperaktivitas / ADD, masalah perilaku lain, asma, migranes, dan kanker tiroid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar